Analysis : Penjelasan Secara Detail Adanya Downgrade Di Industri Roda Dua, Ngelindur Nda Admine….!!!!

Malam bro sis sekalian. Malam awal pekan yang selalu menjadi waktu yang ideal untuk istirahat. Namun kali ini saya ingin sedikit melakukan opini priadi yang sangat premature dan ecek – ecek untuk dishare yang mengenai terjadinya siklus downgrade atau penurunan kualitas pada industri roda dua. Tidak dipungkiri semakin tahun tantangan industri roda dua semakin kompleks. Mulai dari UMR yang setiap tahun naik, nilai tukar rupiah yang fluktuatif serta tumpang tindihnya kebijakan pajak industri, barang dan hak jual merek, naiknya TDL industri, serta kebijakan pajak bea masuk barang dari luar ke indonesia. So semua komponen diatas pastinya akan dibebankan kepada konsumen.. Loh ko bisa om??? Iya kalo dalam industry itu namanya HPP (harga pokok penjualan) yang meliputi keseluruhan biaya operational yang meliputi produksi, pajak dan distribusi… Wal hasil hanya ada dua strategi yang mau nggak mau harus dipilih pabrikan. Antara menaikan harga jual kendaraan bermotor secara signifikan atau dengan melakukan project downgrade sehingga harga tidak naik secara signifikan. Artinya tidak berbanding dengan nilai inflasi.

Okee mari kita bahas strategi yang pertama dulu.. Apabila pabrikan mengambil opsi menaikan harga mengikuti inflasi sedangkan kualitas dipertahankan.. Artinya harga sebuah motor setiap tahun akan naik secara signifikan dan mengikuti inflasi. Katakanlah parameter upah buruh naik 30%, TDL 10% dan pajak industri dengan retribusi raw material per part 10% maka so bisa saja harga kendaraan bermotor naik 15 – 20% pertahunya.. Apa nggak gila tuh???? Jadi yang di ambil sampel jika harga tahun 2013 dipatok 23,2 juta OTR bojonegoro maka jika pabrik mengambil opsi pertama maka kenaikan tahun 2014 minimal naik 2 – 3 juta… Sooo tidak banyak pabrikan yang gambling dengan mengambil opsi ini. Karena tuntutan pasar adalah motor yang harga bersahabat dan memiliki keunggulan fitur yang lebih baik. Mayoritas konsumen gak akan ngelihat sampai deail seberapa tebel plastik, seberapa kuat rangkanya dan apakah kelistrikan pakai yang terbaik. Pabrikan yang kekeuh dengan opsi ini biasanya adalah yang mereka memang jualan kualitas yang mendunia dan memang brand image nya kental dengan kualitas adalah harga mati. Soo… Akan mihil bingit… Masyarakat kita hanya sebagian yang bisa jangkau.. Kenapa R125 harganya bisa selangit???? Itu yang menjadi pembeda made in indonesia dan ngeropah…

Opsi kedua adalah melakukan program downgrade dengan filosofi market akan lebih bersahabat. Persaingan price di pasaran bisa ditekan dan mengambil kualitas pada limits standard indonesia. Artinya pabrikan seperti ini sangat bersifat provide dan quantity oriented. Apakah salah???? Tidak juga bro sis. Biasanya langkah yang paling mudah dilakukan adalah subtitusi part yang mulai di downgrade satu persatu dari standard awal.. Artinya bisa jadi ketika kita beli sepedah motor pada tahun 2000 an dengan tahuun sekarang durability dan life time part akan jauh berbeda. Hal ini sangat wajar ketika seluruh raw material penyususun setiap tahun harganya semakin merangkak naik sedangkan pabrikan tidak bisa menaikan harga jual kendaraan bermotor sakpenake udele dewe . Apakah faktor – faktor yang memaksa industri harus melakukan downgrade???

Pertama adalah nilai tukar rupiah yang fluktuatif yang mana pada item ini sangat berpengaruh terhadap part pretelan kecil yang di import oleh pabrikan dari luar. Okee.. Masih bingung??? Contoh kecil pada area body motor yang keseluruhan materialnya menggunakan plastik. Indonesia tidak memiliki industri pengolah biji plastik terbaik sehingga mau nggak mau vendor akan mengimport biji plastik dari amerika atau negara pensuplay biji plastik lainya. Pembelian yang dilakukan menggunahkan kurs USD. Jika nilai tukar rupiah menurun maka biji plastik akan semakin mahal yang implikasinya adalah pada naiknya harga satu set body motor.. Itu sudah logika yang paling sederhana. Soo.. Jika pabrikan mau patok pada range harga tertentu, maka mau nggak mau suka nggak suka harus mengurangi kualitas body baik itu ketebalan, dimensi atau bahan plastik penyusunya. Nahh ini yang dinamakan downgrade dari sisi body motor saja. Kalo yang lain.. Bisa di analogikan sendiri bro sist… 🙄 . Kedua adalah naiknya UMR, TDL dan BBM… Hal ini hanya bersifat stagnan dan biasanya berawal di permulaan smester… Soo kita sedikit abaikan item ini.. Kita tekankan pada item raw material saja yah??? Karena downgrade erat kaitanya dengan kualitas part yang nemplok pada sang jaran wesi..

Subtitusi part itu juga merupakan strategi alternatif pabrikan untuk menekan cost produksi. Yang mana bro sis sekalian pasti akan menemukan spare part dari kendaraan bermotor walaupun merek dan industrinya sama. Namun terkait velg, ban, aki, bohlamp, pengereman, dan sistem kelistrikan disuplay oleh vendor yang berbeda. Soo… Yang dapat merek bagus sehh.. Bisa nyengir, namun jika dapat merek yang kurang okee maka siap – siap tepok jidat bro sis… Karena hal ini juga saya alami di tunggangan saya. Dapat ban dunlop, bohlamp osram dan aki yuasa.. Kalo yang lain bisa dapat ban IRC, bohlamp philips dan aki gs… Opo ra nyengir??? Mungkin bro sis bisa check kendaraan dirumah. Apakah partnya berbeda dengan motor milik tetangga yang sama pabrikan dan merek motornya.

Soo demi menjaga kondisi psikologis pasar lokal maka pabrikan mayoritas mengambil opsi kedua yaitu melakukan downgrade dan subtitusi part. Sangat tidak beruntungnya kita hidup dijaman sekarang ini. Lahhh piyeee motor pada downgrade je…. Mau yang quality bagus CBU yo regane nggilani… 🙄 . Namun disisi lain bagi kita yang punya penghasilan pas – pasan bisa membeli kendaraan dengan harga yang murah dan seng penteng gak protol bro sis… Hehehehehe . Pabrikan jepang ko wes podo karo cino.. Yo iki demi menjawab keinginan mayoritas konsumen indonesia motor murah.. Ki tak keki???v kualitase aku seh NO… Nggak tau kalo mas anang sama mbak riska

Posted from WordPress for Nokia 3310 Limited Jadul Edition